Dalam memenuhi tugas KBLI berupa meringkas, menyimpulkan dan membuat parafrase dari sebuah artikel.
1. Adanya peningkatan Angka Bebas Jentik sebesar 29,67% dibandingkan sebelum adanya perlakuan yaitu sebesar 85,05%
2. Aplikasi penggunaan M.aspericornis menunjukkan hasil efektif dalam menurunkan larva nyamuk,terutama dalam daerah sulit air dan penampungan air yang jarang dikuras
dan menurunkan ovitrap indeks di dalam rumah
3. Jenis penampungan yang baik digunakan adalah yang berasal dari tanah liat
4. Efikasi dari gorden berinsektisida sipermethrin plus etil sellulosa memiliki daya bunuh sebesar 82.39 % dan bertahan sampai pada minggu ke-15
5. Kandungan bahan aktif dalam gorden berinsektisida pada hari pertama adalah sekitar 495 mg/m² dan setelah minggu ke-15 kandungan bahan aktif pada gorden sebesar 91.527 mg/m²
Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD)
adalah infeksi
yang disebabkan oleh virus
dengue. Nyamuk
atau/ beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam
dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak
fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya
mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam; sakit kepala;
kulit kemerahan yang tampak seperti campak; dan nyeri otot dan persendiaan. Pada sejumlah
pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam
jiwa. ( source : https://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_Dengue)
Demam berdarah
dengue sendiri masih menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dikarenakan
tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini. KLB tertinggu
tercatat terjadi pada tahun 1998 di Jakarta dimana Incidence Rate sebesar 35,19
per 100.00 penduduk dan Case Fatality Rate ( CFR ) sebesar 2%. Provinsi Jawa Tengah,
khususnya Kota Salatiga merupaka kota dengan tingkat endesimitas yang tinggi
ditunjukkan dengan tingginya Angka Kematian/Case Fatality Rate, seperti yang
dicatat oleh Dinkes Salatiga tahun 2011, pada tahun 2008 CFR Kota Salatiga
sebesar 1,39% pada 72 kasus, tahun berikutnya CFR sebesar 0,92% pada 109 kasus
dan pada tahun 2010 tercatat 155 kasus dengan CFR 0%. Bedasarkan penelitian
yang telah dilakukan diketahui bahwa Angka Bebas Jentik sebesar 91,92,91 dan
89,1% pada tahun 2007,2008,2009 dan 2010.
Sejauh ini
program pemberantasan Deman Berdarah Dengue masih dipusatkan pada pemutusan
rantai penularan hal ini dikarenakan belum ditemukannya obat dan vaksin yang
dapat melumpuhkan virus penyebab demam ini. Program lain seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) pun masih belum dapat dilaksanakan secara optimal, begitu pula
dengan pemasangan kelambu berinsektisida seperti yang dilakukan dalam menangani kasus malaria
pun tidak dapat dilakukan, karna nyamuk vektor DBD mencari darah sepanjang hari
dengan puncak kepadatan mencari saat siang hari (Widyana,1998).
Berdasarkan hasil
penelitian mengenai status kerentanan vektor DBD di Provinsi Jawa Tengah dan
DIY, dilaporkan bahwa di Kota Salatiga nyamuk Ae. Aegypti masih sangat rentan
terhadap Insektisida sipermetrhin, pemilihan hopes dan kebiasaan menggigit
orang di dalam rumah kemudian beristirahat ditempat – tempat gelap dan lembab
serta daya predasi dari M.Aspericornis terhadap jentik – jentik nyamuk vektor
DBD yang terdapat pada tempat – tempat penampungan air jernih dan juga air
sumur. Maka dari itu yang menjadi alternatif pengendali daripada vektor DBD
adalah pengendalian larva secara hayati dengan menggunakan M.aspericornis dan
pemakaian gorden berinsektisida sipermethrin plus etilsellulosa sebagai media
slow release.
Berdasarkan latar belakang diatas,para
peneliti pun mengajukan pertanyaan yaitu seberapa besarkah pengaruh penggunaan
metode pengendalian vektor DBD yang sudah disebutkan diatas?
Maka dari itu
para peneliti pun melakukan suatu penelitian yang dilakukan dalam waktu 12
bulan pada tahun 2012 di Benoyo Kelurahan Kutowinangun Kota Salatiga Propinsi
Jawa Tengah dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga dengan bahan penelitian berupa nyamuk
Ae.Aegypthi yang berasal dari dua tempat yaitu dari Laboratium dan dari lokasi
penelitian yang mana selanjutnya dipelihara dilaboratorium hingga mencapai
stadium dewasa dan kemudian dijadikan sebagai bahan penguji gorden berinsektisida. Tidak
lupa diteliti pula jazad hayati dari M.aspericornis yang mana didapatkan dari
hasil pemeliharaan dan pengembangan Laboratorium sebagai predator jentik
nyamuk.
Setelah 12 bulan
dan melakukan beberapa penelitian terkait jentik nyamuk dan nyamuk sebelum dan
setelah aplikasi M. aspericornis dan gorden berinsektisida sipermethrin plus etil sellulose dan pula pengamatan
akan jentik nyamuk dalam penampungan air maka didapatkan hasil penelitian
berupa :
1. Adanya peningkatan Angka Bebas Jentik sebesar 29,67% dibandingkan sebelum adanya perlakuan yaitu sebesar 85,05%
2. Aplikasi penggunaan M.aspericornis menunjukkan hasil efektif dalam menurunkan larva nyamuk,terutama dalam daerah sulit air dan penampungan air yang jarang dikuras
dan menurunkan ovitrap indeks di dalam rumah
3. Jenis penampungan yang baik digunakan adalah yang berasal dari tanah liat
4. Efikasi dari gorden berinsektisida sipermethrin plus etil sellulosa memiliki daya bunuh sebesar 82.39 % dan bertahan sampai pada minggu ke-15
5. Kandungan bahan aktif dalam gorden berinsektisida pada hari pertama adalah sekitar 495 mg/m² dan setelah minggu ke-15 kandungan bahan aktif pada gorden sebesar 91.527 mg/m²
Setelah melihat
hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian menggunakan
M.aspericornis dan gorden berinsektisida sipermethrin plus etil sellulosa dapat
menaikkan Angka Bebas Jentik, menurunkan ovitrap indeks dan sangat efektif dalam membasmi vektor DBD. Apabila dapat melakukan secara rutin dalam hal mengganti gorden berinsektisida sipermethrin
plus etil sellulosa setiap 3 bulan
sekali dan mengembangbiakan M.aspericorin, maka Indonesia dapat saja terbebas
dari penyakit DBD.
Artikel asli oleh Akhid Darwin*, Aryani Pujiyanti* dan Bambang Heriyanto* *Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga
Sumber artikel :
Model Pengendalian Terpadu Vektor Demam Berdarah Dengue Di Kota Salatiga, oleh Darwin, A., Pujiyanti, A., & Heriyanto, B. tahun 2013.
Artikel asli oleh Akhid Darwin*, Aryani Pujiyanti* dan Bambang Heriyanto* *Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga
Sumber artikel :
Model Pengendalian Terpadu Vektor Demam Berdarah Dengue Di Kota Salatiga, oleh Darwin, A., Pujiyanti, A., & Heriyanto, B. tahun 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar